- Nadiem Makarim hadapi sidang perdana kasus korupsi \"Chromebook\"
- Menkeu Pastikan Dana Pemulihan Bencana Tersedia, Siapkan Dana Rp 60 T Tahun Depan
- Bobibos Bikin Sawah Jadi Sumber Energi, Ekonomi Petani Sejahtera
- Presiden Prabowo serahkan 20 ribu hektare hutan di Aceh untuk konservasi gajah
- Tragis Bayi 6 Bulan Diduga di Bunuh Ayah Kandung di Jombang Ciputat
- Lurah Cipayung Sebut Sampah di Kolong Flyover Ciputat Dibuang Warga Luar Wilayah
- Atalia Gugat Cerai Ridwan Kamil, Sidang Digelar Lusa
- Membanggakan!Siswi SDN 01 Ciputat Berhasil memenangkan Juara 1 dan juara umum Tari tingkat Nasional.
- Krisis Sampah Ciputat Bongkar Dugaan Salah Urus Anggaran
- Kapolres Bangka Barat Pastikan Pemindahan Benda Diduga Granat untuk Keselamatan Masyarakat
Bobibos Bikin Sawah Jadi Sumber Energi, Ekonomi Petani Sejahtera

Jabar-infokomnusantara
Upaya pengembangan sumber energi terbarukan terus bergulir di Indonesia. Salah satu inovasi yang belakangan menarik perhatian adalah Bobibos, bahan bakar alternatif berbasis jerami padi yang selama ini kerap dianggap limbah pascapanen dan bahkan dibakar di sawah.
Baca Lainnya :
- Presiden Prabowo serahkan 20 ribu hektare hutan di Aceh untuk konservasi gajah0
- Tragis Bayi 6 Bulan Diduga di Bunuh Ayah Kandung di Jombang Ciputat0
- Lurah Cipayung Sebut Sampah di Kolong Flyover Ciputat Dibuang Warga Luar Wilayah0
- Atalia Gugat Cerai Ridwan Kamil, Sidang Digelar Lusa0
- Membanggakan!Siswi SDN 01 Ciputat Berhasil memenangkan Juara 1 dan juara umum Tari tingkat Nasional.0
Inisiator Green Merah Putih, Fauzan Rachmansyah, menilai inovasi tersebut berpotensi memberikan dampak positif bagi lingkungan sekaligus perekonomian petani.
“Jerami bisa menjadi energi terbarukan itu memberikan dampak yang sangat positif,” kata Fauzan kepada wartawan, Senin, 15 Desember 2025.
Menurut Fauzan, pemanfaatan jerami sebagai bahan bakar dapat menciptakan nilai ekonomi baru. Selama ini, jerami sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal oleh petani.
“Masyarakat akan berbondong-bondong menanam padi. Padinya menjadi beras untuk dijual, sementara jeraminya yang selama ini membingungkan petani bisa memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Ia mengakui, sebagian petani telah memanfaatkan jerami sebagai pakan ternak. Namun, jika dikelola dengan pendekatan yang tepat, pemanfaatan jerami sebagai energi alternatif dinilai mampu mengurangi pencemaran udara, meningkatkan nilai tambah limbah pertanian, serta membuka lapangan kerja di pedesaan.
Dari sisi kebijakan, Fauzan menilai pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan perhatian terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Penempatan agenda sustainability sebagai prioritas nasional dinilai membuka ruang bagi riset dan inovasi energi alternatif.
“Semakin banyak pihak yang melakukan riset dan mencari solusi, semakin besar peluang Indonesia menemukan jalan keluar dari persoalan energi dan lingkungan,” katanya.
Pandangan serupa disampaikan pengamat otomotif Bebin Juana. Menurut dia, transisi energi merupakan keharusan strategis. Namun, keberhasilan energi alternatif tidak dapat ditentukan hanya oleh popularitas atau uji coba terbatas.
“Minyak bumi pasti akan habis. Tapi mencari penggantinya tidak bisa sekadar berdasarkan tren. Energi alternatif harus layak secara ekonomi, bisa diproduksi massal, dan tidak membebani konsumen,” ujar Bebin.
Ia mencontohkan keberhasilan Brasil memanfaatkan energi terbarukan karena didukung surplus bahan baku tebu dan kebijakan negara yang konsisten. Menurut Bebin, Bobibos berbasis jerami memiliki potensi serupa, meski masih memerlukan kajian mendalam.
“Secara konsep ada potensi karena jerami adalah limbah. Tapi kita belum tahu apakah jumlahnya cukup untuk kebutuhan nasional dan apakah pasokannya stabil. Kualitas dan volumenya harus konsisten,” katanya.
Bebin menambahkan, jerami sebagai residu pertanian memiliki keunggulan karena biaya bahan bakunya rendah dan ketersediaannya tersebar luas. Indonesia memiliki sekitar 11 juta hektare lahan sawah dari Sabang hingga Merauke, sehingga pasokan jerami dinilai lebih mudah diperoleh dibandingkan komoditas lain seperti aren.
Sebaliknya, bahan bakar berbasis aren dinilai memiliki keterbatasan dari sisi volume dan kesinambungan pasokan. Padahal, kebutuhan energi nasional tidak hanya mencakup kendaraan darat, tetapi juga sektor perikanan, logistik, dan industri.
“Berapa banyak aren di Indonesia? Kebutuhan bahan bakar itu sangat besar, termasuk untuk kapal nelayan. Perbandingan di media sosial sering kali terlalu sederhana, padahal persoalannya jauh lebih kompleks,” ujarnya.
Terkait biodiesel, Bebin mengakui Indonesia memiliki surplus minyak sawit sehingga secara logis dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Namun, ia mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam penerapan campuran biodiesel tinggi.
“Ketika persentasenya dinaikkan terlalu tinggi, itu berbahaya. Tidak ada merek mobil yang siap menerima B35. Jangan sampai konsumen dirugikan,” katanya.
Ia juga menyinggung adanya faktor politis dalam pengelolaan kilang minyak serta kualitas bahan bakar minyak nasional yang dinilai masih tertinggal dibandingkan negara lain.
1.png)


.jpg)


.jpg)
